Pulang naik angkutan umum ah!

Setelah hari ini pergi ke kantor naik angkutan umum yang saya ceritakan di sini, di tanggal 3 Januari 2012 ini saya kembali pulang menggunakan angkutan umum. Jam 17:20 an alias teng-go saya keluar kantor,  jalan kaki dulu menembus perumahan penduduk dan tanah-tanah kosong seperti tidak bertuan untuk sampai ke halte Menara Jamsostek – Gatot Subroto.

Karena arah pulang saya harus menyeberang jalan Gatot Subroto, naik tangganya lumayan, padahal nyebrangnya dikit

Di sore hari jembatan penyeberangan yang lebarnya tidak seberapa sudah dipenuhi beragam pedagang, dari penjual batu, jam, juga ada beberapa tukang peminta, di atas jembatan terlihat ada satu orang tenaga security yang berjaga.

Pada foto bawah terlihat haltenya, sedangkan bangunan hitam di latar belakang adalah Menara Jamsostek.

Cuman ada satu jurusan busway yang lewat Gatot Subroto, jadi penumpang nggak bakal ketuker, atau salah bis, yang lewat situ ya cuman bus Trans Jakarta Koridor 9. Di loket ini saya tinggal ikuti mbak depan, kasih duit 5.000 rupiah, di kembalikan 1.500 rupiah, jadi biaya naik transjakarta kalau sore sudah jadi 3.500 rupiah.

Sesampainya saya disana kondisinya kosong! Wah keren! Rush hour aja bisa kosong! Perlu diketahui kalau seluruh pintu otomatis Halte Menara Jamsostek ini tidak berfungsi, alias semuanya dibiarkan menganga terbuka, seharusnya pintu otomatis tersebut hanya membuka saat bus datang. Ketidak berfungsian pintu ini sebetulnya cukup berbahaya, karena level halte dari aspal cukup tinggi hampir semeter, takutnya kalau halte penuh dan calon penumpang berdesakan, bisa-bisa si penumpang terdorong keluar. Padahal koridor IX termasuk rute baru, umurnya baru 1 tahun lebih sedikit sejak di operasikan Desember 2010.

Secara berangsur kondisi halte yang tadinya sepi jadi menumpuk calon penumpang, bus transjakarta sebetulnya sudah melewati halte sebanyak 4 kali tapi hanya 1-2 orang yang bisa masuk ke bus karena selalu kondisinya padat, calon penumpang di halte pun semakin menumpuk.

Akhirnya pada transjakarta yang kelima masuk halte terdiri dari iringan, bus gandeng dan bus kecil. Bus yang gandeng di depan  kondisinya sama padat dengan sebelumnya, tapi di belakangnya walaupun masih padat akhirnya saya masukki juga dengan sedikit memaksa.

Begitu masuk badan sudah nggak bisa gerak, kondisi pintu busway yang menyerong memutar kesamping juga sebetulnya membahayakan penumpang saat kondisi padat. Sempat juga ada seorang wanita yang alhamdulillah cantik, terpaksa terus memegang tangan dengan maksud mencari pegangan, ini semata karena pegangan sudah habis.

Untuk keamanan rasanya kondisi bus cukup aman karena banyak penumpang tetap ber BB, tetap ber handphone di dalam bus, saya pun bisa saja memfoto, tapi agak sulit juga menggerakan tangan sambil melepaskan pegangan.

AC di bus trans jakarta terasa masih dingin, bus trans jakarta pun bisa melaju dengan hanya sedikit rintangan macet.

Sampai di Slipi, sudah menjelang malam, lampu mulai menyala, dari sini saya harus naik jembatan busway untuk mencegat Mikrolet M11 jurusan Meruya untuk pulang.

Area Slipi perempatan Palmerah memang di dominasi oleh Mikrolet! Kendaraan pribadi dan motor sedikit, mikrolet ini sayangnya juga jadi penyebab kemacetan untuk keseluruhan Slipi. Karena si Mikrolet ini menunggu sampai penumpang full alias posisi duduk 4-6 baru jalan… Ngomongnya sih “langsung jalan-langsung jalan”, kenyatannya ngetem juga.

Dalam mikrolet di dominasi oleh wanita, waktu saya naik 10 orang duduk di belakang, 2 orang di samping supir, yang laki cuman 2 orang termasuk saya diluar supir, yang lain wanita semua, untungya yang lumayan 2 orang. Para wanita juga bebas ber BB, malahan ada seorang wanita yang ber BB terus sepanjang jalan… Rasanya betul-betul aman di mikrolet atau memang BB sekarang sudah jadi barang murah. Ya apapun itu baguslah, asal tetap awas saja kalau di jalur publik ah, bukan takut di copet, tapi mesti waspada namanya di jalan tentu banyak bahaya.

Dari Slipi sampai Meruya, ongkos naik Mikrolet cuman 3.000 rupiah, saya adalah penumpang terakhir yang turun…

Jadi total biaya dari kantor pulang naik angkutan umum sampai pulang adalah 6.500 rupiah, naik busway 3.500 + naik mikrolet 3.000. Saya sampai ke rumah jam 18:44, berangkat dari kantor 17:20, jadi waktu tempuh saya 1 jam 24 menit, termasuk melewatkan 4 bus Trans Jakarta, kalau di banding naik motor, saya bisa sedikit di bawah satu jam untuk pulang.

Kondisi badan saya rasanya adalah sedikit lebih pegal naik umum dibanding motor, terutama pada waktu berbusway, harus naik tangga, jalan jauh, dan juga berdiri di dalam buswaynya. Ya sedikit olahraga its OK lah.

Besok? mesti kembali naik motor… Ada meeting diluar ditambah ada tugas luar juga, cuman lain kali kapan-kapan kalau memungkinkan saya mau naik ankutan lagi ah.

Naik angkutan? Siapa takut?! Its OK kok!

17 Comments Add yours

  1. Artikel yang menggugah, kalo jalanan (saat mesti jalan kaki) memungkinkan sepatu roda gimana Pak Sar, jauh juga ya. tapi ribet juga naik jembatan kalo sepatu roda, waduh baru kepikiran

    1. arantan berkata:

      Nggak mungkin kalau di saya. Soalnya nembus perumahan yang jalannya tanah… jeblok2x. 🙂

  2. oracle berkata:

    jalur bro saranto pulang memang tdk terlalu padat buswaynya.
    sy jalur sudirman sampai kelapa gading yg harus transit di harmoni,
    harmoni ini kayak medan perang hehehe manusia bertumpuk2 kayak sarden, panas, lembab, minim oksigen, segala macam bau ada disana 🙂
    busnya selalu penuh, armada kurang antri bisa sejam lebih.
    kapok, balik ke kendaraan pribadi lagi deh

    1. noFUN berkata:

      curcol..

      Udah paling ampun deh klo antri di harmoni & dukuh atas.. alias semua halte persimpangan koridor..

      3 bulan tiap hari naik busway udah nyerah (gak ada yg namanya nyaman klo pagi / siang / sore pake transjakarta di hari kerja) entah itu saat antri naik buswaynya, atau saat sudah ada didalam buswaynya..

      Akhirnya ganti naik angkutan umum yg lain yg makan biaya secara total 2x lipat..

      giliran naik motor, entah kenapa hitungan biaya bisa turun drastis ya..

      lalu simplisitas dimana keruwetan saat antri, saat di dalam dan saat menuju / keluar dari angkutan umum koq jadi hilang saat naik motor.. Dimana titik start sampai finish kita cuma naik motor saja.. tidak ada jalan kaki jauh, naik tangga, antri panjang, desak-2an, dan kita bisa berhenti kapanpun kita mau saat terasa capek..

      tapi semoga ini cuma perasaan gw doang.. hehehe..

      *sekarang gw ke kantor tinggal jalan kaki, gak ada lagi acara naik motor/angkutan untuk kerja

  3. Adham Somantrie berkata:

    “Kondisi badan saya rasanya adalah sedikit lebih pegal naik umum dibanding motor, terutama pada waktu berbusway, harus naik tangga, jalan jauh, dan juga berdiri di dalam buswaynya.”

    Ini sepertinya lebih karena faktor usia sih. #eh

  4. zaqlutv berkata:

    sudah lupa rasanya naik angkutan umum macam bis / mikrolet, lima tahun terakhir selalu ditemani roda dua..
    jadi inget masa2 glantungan di pintu bis mayasari bakti dari Pulo Gadung ke Blok M 😀 masa2 alay :mrgreen:
    Sabtu besok jadi ke Malang Om? Mudah2an bisa ketemu kalo gak lembur :hammer:

    1. arantan berkata:

      Jadi dong, dari Jumat sore sampai Sabtu siang bakal di Malang 🙂

  5. tatawarna berkata:

    jakarta terapung jakarta monorail

  6. Bayu L. Pamungkas berkata:

    wahhh om… selamat yaaa…. suksesss… untung belum padat bgt, karena dunia pendidikan baru aktif tgl 9 ini heheeee…

    btw berarti paling enak berangkat naek angkutan, pulangnya nebeng temen kantor om heheheeee…..

  7. azizyhoree berkata:

    wah ada penampakan pink! :mrgreen:

    #meski di koridor busway & tempat duduk di prioritaskan bagi kaum hawa… (untuk menghindari pelecehan) tetep saja dari kaum hawa nya *rata2 berpakaian mencolok & “ubruk” (banyak ngobrol ga jelas jika naik busway rombongan sama rekan2 nya) argghhh udah bus way penuh brisikkk lagii *curhat om :mrgreen:

    1. sunflowerplantz berkata:

      Biar udah lama tapi mumpung ke sini en pingin komen, Tempat duduk busway bukan diutamakan untuk wanita secara keseluruhan, tapi untuk penumpang prioritas, kalau ceweknya kuat, apalagi satu geng cewek2 muda yg asyik ngerumpi atau BBM an jelas tidak diutamakan duduk (melainkan harus tunggu ada yg turun hehe). Kalau saya sudah duduk saya hanya akan berdiri kalau ada penumpang prioritas berdiri di dekat saya, atau saya mau turun hehe. Lagian sudah ada area khusus wanitam seharusnya wanita duduk atau berdiri (kalau masih kuat) di area sana saja untuk menjaga kehormatannya.

  8. mintblue berkata:

    saya memilih TJ bukan lantaran ber-AC, utamanya karena di dalam bis tidak ada pengamen/peminta2. saya paling sebal kalau ada penodong berkedok pengamen, minta uang cuma modal omongan baru keluar penjara lah, anaknya sakit lah, dsb dll.
    kalau bis TJ terlalu penuh pada jam-jam sibuk, saya biasanya kombinasi dengan bis reguler (metromini, kopaja, dsb). biasanya akan lebih efisien dari segi waktu tempuh, hanya mesti ekstra Rp 2.000 (Rp 4.000 pp = Rp 100rb/bln). rute saya : sunter – bendungan hilir.
    pendapat saya, masyarakat jakarta (mungkin juga indonesia) belum berbudaya naik angkutan umum. terlalu manja, tidak mau repot. maunya halte ada tiap meter, supaya mereka gampang berhenti di mana saja, suka2. padahal dalam masyarakat beradab, jalan kaki 10-15 menit untuk mencapai halte/stasiun angkutan umum itu wajar saja. dari rumah ke halte TJ, saya berjalan kaki 8 menit.

    1. arantan berkata:

      Banyak terimakasih mas Ary.

    2. Jin Galon berkata:

      Hehehe. Sudah pernah ngerasain naik KRL belum mas? Kalo normal sih gak masalah. Kalo lagi gangguan bisa 3 jam lebih berdiri loh mas. Dengan kondisi kereta yang penuh luar biasa. Bahkan mao gerakin tangan aja gak bisa.
      Kalo gak terpaksa naik, siapa yang mau naik transportasi kayak gini. Hehehehe.

  9. tanur berkata:

    Naik umum k kantor? Selama ini hanya beberapa kali dlm setahun, lebih sering bermotor ria. Perbedaan waktunya signifikan, naik umum 2 jam lebih, motor 1 jam.

    Setahun terakhir nyoba B2W seminggu sekali, waktu tempuh rata2 1 jam, sama dg motor. Hasilnya stamina terasa lebih oke, jalan kaki jauh tidak cepat cape. Tp beberapa minggu pertama pegal dan capenya jangan d tanya hehehe…
    Bersepeda sangat rekomen buat olahraga!

  10. zack berkata:

    om kalo dari halte jamsostek ke mega kuningan jalan kakinya lewat mana yg paling deket?lwat printis atau mana?

Tinggalkan komentar