Piaggio Indonesia, quantity atau quality?

aprilia

Tahu foto diatas diambil dimana?

Piaggio Indonesia mau jualan Volume atau Exclusive?

Siapa yang sukses jual quantity?

Honda, Yamaha. Mereka jualan motor seperti jualan kacang goreng, motornya lebih murah, ada dimana-mana, untuk sipapaun, volume gede. Otomatis bagi Honda – Yamaha harus buka dukungan dealer, 3s dimana-mana. Untungnya besar secara company tapi dibagi rame-rame karena butuh orang banyak untuk produksi dan menjual banyak.

Siapa yang sukses jual quality?

Ducati, HD Mabua.  Jual secara hitungan unit ya dikit, jaringan dealer, ya dikit juga. Tapi margin per unit, ya tentunya besar. Tapi hanya butuh sedikit orang untuk menjual. Target sales perbulan, bisa-bisa cuman jual 1 unit/sales/dealer/bulan.

Secara teori baik jualan quantity ataupun quality, bisa sama-sama menguntungkan. Tapi keduanya punya pendekatan marketing yang bertolak belakang, karena target dan karakter calon pembeli yang jauh berbeda. Ya orangnya, ya tuntutannya. Sampai after sales, cerewetnya orang yang mau beli barang berkualitas, tentu lain dengan cerewetnya orang yang carinya harga murah. Duit kalau jualan quality bisa jadi bukan prioritas asalkan pembeli dapat yang mereka mau. Cara expandingnya kalau jualan quality ya harus lebih hati-hati juga. Tapi kalau Honda, buka dealer di manapun pasti bisa jual, sementara Piaggio belum tentu.

Saya lihat Piaggio Indonesia sekarang masih belum menemukan identitas alias ambigu. Mau quantity dan quality, ini syulit. Waktu awal Piaggio Indonesia masuk, mereka merangkul komunitas Piaggio untuk menjaga pride calon pembeli. So walau nanti masuk Vietnam  dengan harga setengah dari Italy, tapi rasa “exclusivenya” dapat. Kalau menurut saya pribadi sih, exclusivenya sampai saat ini tetep ada kok, mungkin bukan se hebat dulu, tapi tetap “beda” dengan motor Jepang.

Coba lihat konsumennya Piaggio Italy dulu, apakah ada yang beli LX Vietnam? Ada sih POC Rio – Yogi.
Tapi perbandingannya mungkin dari 10:1. Yang beli GTS pun jarang, ada kesan memang imagenya Piaggio tidak se WOW dulu.

Bagi ses A dan A+ Piaggio jadi tidak menarik lagi, pridenya turun. Nanti beli GTS 70 jutaan disangka LX juga. Sementara bagi yang bawah mau beli Piaggio terasa kemahalan, mending beli motor Jepang, murah, service gampang.

apainih

Siapa yang sukses menggabungkan quality – quantity?

Ada, muungkin Kawasaki bisa disebut contoh berhasil.
Harga motornya tinggi, tapi memang valuenya bagus serta terukur.

Nah Piaggio – Vespa apa bisa meniru pola Kawasaki?

25 Comments Add yours

  1. Robert berkata:

    apa perlu dedengkotnya di asteng atau indonesia di pegang orang asia? jepang di temenin orang indonesia? supaya piaggio grup mampu menohok *klo perlu buka plant*

    ada org jepang dan indonesia yg udah gak di pabrikan asal dan historynya bagus itu bisa di hire khan?

    yg indonesia terakhir keluar dari pabrikan terkahir krn *ehm ehm*, skrg lagi istirahat dari dunia persilatan motor…

    yg jepang gak tau kabrnya, apakah ikut tenggelam bersama pabrikan terkahir tsb? atau malah dia yg ngusulin supaya bisa di kelola ama sebuah pabrikan yg sukses di sebuah segmen tipe motor….

  2. gasspoll83 berkata:

    lah motor jepang sebenarnya sudah menggabungkan semuanya quality dan quantitiy bahkan fitur hanya karena mereka produk jepang jadi tuntutanya lebih secara quality saya liat matic jepang tidak kalah dengan matic piagio vietnam namun karena benar-benar massal pride nya hilang

    1. arantan berkata:

      Em? LX pun nggak sih … no kretek-kretek, no gap diantara body … Ya karena bodynya solid.

      Apalagi kalau bicara wide body seperti Vespa GT, GTS, GTV ya memang nggak ada bandingannya untuk matic Jepang. Inilah quality. Jepang ya punya, tapi nggak masuk karena biasa mainnya quantity.

      1. zeus berkata:

        om arantan apa baru kejadian sekali ini ya dan PT.PI yg ngelakuin ini, brand eropa lebih murah dari brand jepang yg sekelas? lx & s dengan pcx yg harganya diatasnya. biasanya kan brand eropa harganya diatas brand jepang contoh gampang motor om arantan sekarang ktm duke 200cc haraganya jauh diatas cbr, ninja & z yg ccnya 250 padahal

      2. PCX masih CBU jepang bro, kalo LX kan udah vietnam, sesama asean pajak lebih murah

      3. zeus berkata:

        iya setau gue juga pcx cbu thai tapi kenapa harganya bisa lebih dari vespa ya om arantan? bukanya honda gabagus tapi biasanya brand eropa selalu jauh lebih mahal

      4. arantan berkata:

        Uwaaa….. ha ha ha 🙂
        Saya jawab apapun mesti hati-hati nih.

      5. gomargomi berkata:

        Bukannya vespa itu dulu masuk sini murah krn pake fasilitas AFTA ya? Krn vespa assembling vietnam juga diamerika masih 4000an dolar.. Itu makanya MP3 yourban dulu diperkirakan bakal 50jtan, tp krn ngga termasuk yg diperjanjian AFTA jadi harganya normal.. Bener ngga sih? -CMIIW-

  3. macantua berkata:

    bisa saja, toh kualitas sudah punya, asal 3S nya tersedia banyak dijamin bisa bersaing layaknya Kawak

  4. kasamago berkata:

    mngkin sharsny segmen pasar piaggio lbh di ekslusifkan lg, klo menyasar khlayak umum tentu saja kebentur ama metik2 jepang.,
    soal teknologi n kualitas udah g beda jauh ama bikinan jepang.

  5. zeus berkata:

    wah tau tuh dimana haha padahal aprillia udh dibeli piaggio ya tapi PT.PI nya sendiri gak masukin motornya di indonesia. yg masukin justru importir umum

  6. stevant berkata:

    Fotonya di dealer SUN ya om? Kalau mau mengarah ke Kualitas berarti Piaggio mesti berhenti masukin ZIP dan yg model kecil2 karena valuenya jadi terasa kurang. Kalau mau ke arah kuantitas ya mesti banyak main di kelas 100-125cc. Cuma bisa bersaing gak sama matik Jepang yang berani main margin….

    1. zeus berkata:

      ya sebenernya zip gapapa dan tambah fly. jadi mekanismenya kyk jaman nya skn yg masukin fly & zip rakitan china biar murah zip 18jt fly 30jt. sedangkan varian vespa nya dibawa langsung dari italy. harusnya sekarang PT.PI mekanismenya bawa liberty, fly & zip dari vietnam sedangkan lx & s nya dibawa langsung lagi dari italy

      1. eko berkata:

        lx & s impor lg dr italy bakal naik lg ke 50jtan. piaggio buka pabrik di viet kan emg utk pasar asia tenggara. masukin fly seri baru jg bagus, krn modelnya menarik. tinggal masalah pricing aj klo mo masuk sini. dr dulu gw heran knp fly ga masuk sini. mesin sama kyk lx cm beda di body doang. knp yg masuk dluan malah liberty? dia ga liat penjualan skutik ban gde mcm nouvo & skywave kyk apa disini?

        lxv jg ga masuk disini. pdhl itu bs jd produk unggulan utk bersaing disini dgn tagline the real classic matic. jgn mengandalkan lx & s aj utk jd flagship dealer. lalu pilihan warna dibanyakin kek. tiap 6 bln ada varian baru apa susah? ato ngeluarin lx & s dgn motif stiker2 tertentu kan jg bisa.

  7. eko berkata:

    cb rangkul lg para pemain lama kyk sun & danmotor. sun kan udh lama jg support piaggio masak ga ada semacam tenggang rasa gitu. biar bagaimana sun udh ada pengalaman jg kan. lalu danmotor kan bisa diajak kerjasama utk minimal rakit new px lah. danmotor jg msh punya mesin2nya kan. klo masalah kualitas, Indonesia kan udh lebih dulu bisa rakit vespa drpd vietnam. npx dirakit disini tentu harga bisa ditekan dong. sbnrnya msh byk kan yg naksir npx, tp pas liat harganya jd mundur.

    1. zeus berkata:

      nah gue denger2 rencananya piaggio indonesia mau bikin pabrik di indo tapi masih rencana. tapi lucunya ya sekarang harga vespa built up vietnam aja udah segitu lumayan beda jauh dari pcx apalagi kalo vespanya dirakit disini ya. mau jadi berapa harga vespa. beda sama ktm yg ngerakit duke di india masuk kesininya tetep mahal kalaupun mau buka pabrik disini paling harganya cuma turun sedikit dan tetep aja harganya mahal so ekslusifitasnya tetap terjaga

  8. pak tarno berkata:

    waw, motor kaleng, awet sepanjang masa.
    satu-satunya motor besi di sini ya cuma skuter piaggio, ada sih bajaj jadul, tapi barang sama aja cuma beli lisensi.

    1. eko berkata:

      nasib LML gmn ya?

  9. rich berkata:

    LML jadi penonton dan pendengar setia doang om Eko,nasib LML skrg cuma jadi motor hobby,buat di pake harian kalah nyaman di banding motor2 jepang yang sudah ada,dan target nya kurang jelas,ntah knp ide SKE buat masukin LML yang terkesan sia sia

  10. gomargomi berkata:

    Jangan2 vespa kl mau laku dengan produk yg tetep sama justru dengan menaikan harga.. Hahahaha

  11. nurtaranto berkata:

    usulan: ke depannya vespa vietnam yg diimpor ke sini jangan ada spec down dg yg dr itali, harga naik ke 30jt-an sy rasa reasonable..

  12. alex berkata:

    mohon maaf berbagi info dari pembeli piaggio liberty:
    Menyesal Berat Beli Piaggio
    Siapa tidak tahu merk Vespa atau Piaggio? Hampir dipastikan semua orang Indonesia tahu karena motor pabrikan Italia itu sudah begitu melegenda dan menjadi salah satu the most wanted untuk dikoleksi. Karena itu tidak heran, Vespa atau Piaggo di era tujuh puluhan masih banyak melenggang kangkung, bukan hanya karena desain klasiknya yang lekang oleh jaman, tapi juga mesinnya yang terkenal bandel. Motor yang terlihat ‘rongsokan’ pun masih kuat diinjak, termasuk naik turun pegunungan.
    Brand Vespa dan Piaggio yang kuat dan positioning sebagai klasik nan tangguh itulah membuat saya tanpa pikir panjang memutuskan membeli Piaggio 125 CC dengan harga sekitar Rp16 juta di dealer Vespa-Piaggio di Jl Kebayoran Lama secara cash. Saya tidak mempedulikan meski tidak mendapatkan jaket, walaupun sebenarnya masuk paket dan dijanjikan dealer.
    Saat itu saya hanya membayangkan membeli Piaggio bukan hanya untuk aktivitas kerja sehari-hari, tapi juga agar bisa bergaya retro. Saya juga membayangkan akan bisa menikmati motor ini hingga masa tua dan kemudian kelak mewariskannya kepada anak-anak.
    Tetapi ternyata itu hanya imaginasi saja. Begitu motor dikirim, silih berganti masih langsung terjadi. Awalnya, motor sering tiba-tiba mati, seperti saat di tengah kemacetan atau waktu mengisi bensin. Setelah dicek, ditemukan masalah pada saklar. Dugaan awal, pemasangan saklar kurang rapat. Tapi ternyata masalah tersebut masih terus terjadi. Bayangkan ketika di tengah jalan dan motor mati, saya –termasuk istri saya- harus repot-repot membuka kap depan untuk mengotak-atik saklar.
    Sekitar satu bulan kemudian baru terungkap daya saklar terlalu kecil dan tidak sesuai dengan spek. Hal ini diketahui oleh bengkel resmi setelah diketahui saklar. Terpaksa saya beli saklar baru, dengan menggunakan uang sendiri meski motor masih bergaransi. Masalahnya, bagaimana pabrikan bisa teledor memasang suatu perangkat yang tidak sesuai spek-nya? Saat itu saya berfikir, mungkin ini karena kelalaian teknisi.
    Tak lama kemudian, masalah datang lagi. Motor jalannya goyang. Saya berfikir pasti laker-nya. Setelah dibawa ke bengkel umum, diketahui ternyata as peleg depan sudah aus. Bengkel tidak berani membawa ke bubut karena bahannya dari alumunium sangat sulit dibubut. Saya pun kemudian komplain ke dealer resmi dan diganti karena memang masih bergaransi. Saat itu pihak bengkel mengakui bahan yang lama jelek, dan peleg baru lebih baik.
    Tetapi, belum menikmati kenyamanan, satu masalah lagi datang. En tah kenapa, roda depan menggelembung. Posisinya tepat di tengah, memanjang hingga 20 centi meter. Mulai saat itu lah saya berfikir tentang produk seperti apakah yang dijual. Apa yang saya alami adalah fakta bahwa brand yang begitu kuat ternyata mengelabuhi. Saya merasa positioning Piaggio yang menancap kuat di alam bawah sadar saya hanyalah ilusi. Entah karena dibuat di Vietnam –saya juga berfikir onderdil made in China- jauh dari ekpektasi saya.
    Karena itulah satu memutuskan membeli ban tidak di dealer, meskikpun harus montang-manting karena spek sangat langkah. Saya baru menemukan di pusat onderdil di Kebon Jeruk.Walaupun harganya tinggi, sekitar Rp300 ribu, saya membeli karena lebih murah dibanding di dealer resmi.
    Hingga satu tahun beberapa bulan mempunyai Piaggio, saya tidak pernah merasakan nikmatinya berkendara. Dan yang membuat hati semakin terluka, kini ganti peleg roda belakang yang goyang. Ikhtiar saya beberapa kali membawa ke bubut ternyata tidak berhasil, dan peleg goyang. Bahkan, mur knalpot patah di depan hingga saya harus kembali ke bengkel resmi karena untuk membongkar harus mengganti top packing.
    Terus terang, saya menyesal berat beli Piaggio. Sama sekali tidak ada kekuatan dan kenyamanan motor berkelas Eropa ini. Sama sekali tidak ada bukti Piaggio adalah motor battle proven, seperti para sesepuhnya. Sama sekali tidak muncul customer satisfaciton pada kualitasnya. (*)

  13. alex berkata:

    Menyesal Berat Beli Piaggio
    Siapa tidak tahu merk Vespa atau Piaggio? Hampir dipastikan semua orang Indonesia tahu karena motor pabrikan Italia itu sudah begitu melegenda dan menjadi salah satu the most wanted untuk dikoleksi. Karena itu tidak heran, Vespa atau Piaggo di era tujuh puluhan masih banyak melenggang kangkung, bukan hanya karena desain klasiknya yang lekang oleh jaman, tapi juga mesinnya yang terkenal bandel. Motor yang terlihat ‘rongsokan’ pun masih kuat diinjak, termasuk naik turun pegunungan.
    Brand Vespa dan Piaggio yang kuat dan positioning sebagai klasik nan tangguh itulah membuat saya tanpa pikir panjang memutuskan membeli Piaggio 125 CC dengan harga sekitar Rp16 juta di dealer Vespa-Piaggio di Jl Kebayoran Lama secara cash. Saya tidak mempedulikan meski tidak mendapatkan jaket, walaupun sebenarnya masuk paket dan dijanjikan dealer.
    Saat itu saya hanya membayangkan membeli Piaggio bukan hanya untuk aktivitas kerja sehari-hari, tapi juga agar bisa bergaya retro. Saya juga membayangkan akan bisa menikmati motor ini hingga masa tua dan kemudian kelak mewariskannya kepada anak-anak.
    Tetapi ternyata itu hanya imaginasi saja. Begitu motor dikirim, silih berganti masih langsung terjadi. Awalnya, motor sering tiba-tiba mati, seperti saat di tengah kemacetan atau waktu mengisi bensin. Setelah dicek, ditemukan masalah pada saklar. Dugaan awal, pemasangan saklar kurang rapat. Tapi ternyata masalah tersebut masih terus terjadi. Bayangkan ketika di tengah jalan dan motor mati, saya –termasuk istri saya- harus repot-repot membuka kap depan untuk mengotak-atik saklar.
    Sekitar satu bulan kemudian baru terungkap daya saklar terlalu kecil dan tidak sesuai dengan spek. Hal ini diketahui oleh bengkel resmi setelah diketahui saklar. Terpaksa saya beli saklar baru, dengan menggunakan uang sendiri meski motor masih bergaransi. Masalahnya, bagaimana pabrikan bisa teledor memasang suatu perangkat yang tidak sesuai spek-nya? Saat itu saya berfikir, mungkin ini karena kelalaian teknisi.
    Tak lama kemudian, masalah datang lagi. Motor jalannya goyang. Saya berfikir pasti laker-nya. Setelah dibawa ke bengkel umum, diketahui ternyata as peleg depan sudah aus. Bengkel tidak berani membawa ke bubut karena bahannya dari alumunium sangat sulit dibubut. Saya pun kemudian komplain ke dealer resmi dan diganti karena memang masih bergaransi. Saat itu pihak bengkel mengakui bahan yang lama jelek, dan peleg baru lebih baik.
    Tetapi, belum menikmati kenyamanan, satu masalah lagi datang. En tah kenapa, roda depan menggelembung. Posisinya tepat di tengah, memanjang hingga 20 centi meter. Mulai saat itu lah saya berfikir tentang produk seperti apakah yang dijual. Apa yang saya alami adalah fakta bahwa brand yang begitu kuat ternyata mengelabuhi. Saya merasa positioning Piaggio yang menancap kuat di alam bawah sadar saya hanyalah ilusi. Entah karena dibuat di Vietnam –saya juga berfikir onderdil made in China- jauh dari ekpektasi saya.
    Karena itulah satu memutuskan membeli ban tidak di dealer, meskikpun harus montang-manting karena spek sangat langkah. Saya baru menemukan di pusat onderdil di Kebon Jeruk.Walaupun harganya tinggi, sekitar Rp300 ribu, saya membeli karena lebih murah dibanding di dealer resmi.
    Hingga satu tahun beberapa bulan mempunyai Piaggio, saya tidak pernah merasakan nikmatinya berkendara. Dan yang membuat hati semakin terluka, kini ganti peleg roda belakang yang goyang. Ikhtiar saya beberapa kali membawa ke bubut ternyata tidak berhasil, dan peleg goyang. Bahkan, mur knalpot patah di depan hingga saya harus kembali ke bengkel resmi karena untuk membongkar harus mengganti top packing.
    Terus terang, saya menyesal berat beli Piaggio. Sama sekali tidak ada kekuatan dan kenyamanan motor berkelas Eropa ini. Sama sekali tidak ada bukti Piaggio adalah motor battle proven, seperti para sesepuhnya. Sama sekali tidak muncul customer satisfaciton pada kualitasnya. (*)

  14. alex berkata:

    Pantas kah Saya Membayar Mahal?
    Jumat hari ini (4 April) sudah lebih dari 3 minggu Piaggio saya berada di bengkel. Tetap saja tidak sekalipun ada informasi dari pihak dealer tentang nasib saya. Saya kembali menengok, hasilnya seperti saya duga, tidak ada perkembangan sama sekali. Pihak bengkel hanya memberi kabar peleg yang rusak tidak bisa diganti karena sudah dibubut. Ujungnya, pasti saya harus mengeluarkan duit sekitar 900 ribu untuk membeli peleg.
    Pertanyaannya, pantas kah saya membayar mahal untuk after sales service yang sedemikian amburadul? Apakah Piaggio tidak berfikir kerugian konsumen ketika motor begitu lama nangkring tanpa kejelasan? Apakah konsumen tidak bnutuh riwa-riwi ngantar anak sekolah, untuk kerja dll? Juga untuk bolak-balik ngencek ke bengkel hanya sekadar menanyakan nasib motornya?
    Pihak Piaggio tidak mau mengganti peleg dengan alasan sudah dibubut? Pertanyaannya, apakah kalau saya membawa motor ke bengkel, apakah bisa dilayani dalam satu dua hari? Kasus sebelumnya hampir tiga minggu? Sekarang kalau pertanyaannya di balik, mengapa piaggio memasang peleg dengan kualitas sangat rendah, dan kemudian menimbulkan konsumennya celaka, apakah piaggio bertanggung jawab?
    Kedatangan saya ke dealer Vespa di Kebayoran Lama kini kian meyakinkan saya bahwa konsumen hanya boleh tersenyum sekali saat baru beli motor.(!)

Tinggalkan Balasan ke stevant Batalkan balasan