Kalau di Inggris, result post campaign keselamatan berkendara dilakukan dengan maksimal. Tanpa lebih lanjut mari kita lihat saja report mereka seberapa lengkapnya. Dari sini kita bisa banyak belajar.
1. Target campaign yang terukur
Yang pertama mereka punya target terukur dan jelas.
The THINK! Road Safety publicity campaign was launched in 2000, as part of the Government‟s road safety strategy, Tomorrow’s roads: safer for everyone. The strategy set out targets to reduce road casualties in Great Britain by 50% for children and 40% overall between 2000 and 2010. A mix of engineering, enforcement and education measures are used to help meet these targets, of which the THINK! Road safety publicity campaign forms part.
Mereka bukan campaign just to campaign, dari sini mereka berani setup target yang jelas dengan suatu deadline, mencapai apa dan kapan. Sama juga dengan suatu perusahaan melakukan campaign, dapat berapa dari spending berapa? Kalau marketing ukurannya duit. Kalau keamanan berkendara soal yang lebih mulia.jiwa, keluar berapa untuk menyelamatkan berapa nyawa? Inilah return dari investment mereka, namanya investasi ya harus ada return dong, tapi kembalinya secara terukur dalam bentuk apa? Ya jumlah jiwa, jumlah kecelakaan.
Kalau di suatu perusahaan semakin besar return yang ujungnya dalam bentuk duit tentunya semakin baik, tapi kalau return investment di sosialisasi keamanan berkendara tentulah terbalik, semakin sedikit tingkat kecelakaan dan korban jiwa yang terlihat dari angka-angka tahunan berarti semakin berhasil campaign-nya… Iya apa iya?
2. Media channel mana yang mengena?
Campaign mereka dilakukan di berbagai media, TV ada TVC dan News, koran nasional dan lokal, radio, poster dan selanjutnya. Sebetulnya target tahu campaign dari mana? Mereka punya datanya bro…
Dari sini mereka bisa mengetahui dan lebih memfokus effort mereka, mendingan pasang iklan di TV atau radio atau lewat internet? Harusnya dilengkapi juga para peminum tersebut nonton TV dan mendengarkan radio jam berapa? Station TVnya apa? Radionya apa?
3. Contentnya tersampaikan?
Ini khusus TV ad, apa yang mereka rasakan setelah melihat TV ad tersebut?
Diagram yang bawah khusus hasil dari radio ad
4. Apa yang mereka takutkan?
Mereka takut minum alkohol karena paling takut sama hukuman penjara bui, setelah itu takut juga kalau surat ijinnya di cabut, hilang pekerjaan, semua hal-hal yang “egois” berada di urutan atas. Mereka juga takut kalau sampai ketahuan minum sambil menyetir, maka pembiayaan asuransi berikutnya menjadi lebih tinggi. Yang bawah-bawah seperti ketakutan membunuh atau dapat mencelakai pengguna jalan lain hanya 1%.
In line with previous waves, only a handful of drivers were worried about causing injury or death to someone, a drink drive conviction being recorded on their licence for 11 years or having to sell their car. Despite 97% of respondents agreeing that it would be likely for their insurance cost to increase if they were caught drinking driving, only one per cent gave this as the consequence that they were most likely to worry about.
5. Penutup
Post campaign survey seperti ini pun juga umum dilakukan, baik di dunia barat sampai ke Indonesia pun. Mereka yang bergerak di marketing communication harus tahu apa yang hit apa yang miss, sebagai pertanggung jawaban dan juga untuk mengarahkan campaign berikutnya. Apa yang hit tentunya di teruskan yang miss ya tentunya harus diperkuat.
Again…
“If you can’t measure it, you can’t manage it.”
Peter Drucker
Apakah di Indonesia bisa dilakukan juga untuk campaign keselamatan berkendara?
Oh iya, report lengkapnya bisa di lihat di sini.