Semoga bisa lihat youtube…
Ini tentang review buku Wisdom of Crowds: James Surowiecki yang sering dijadikan dasar pemikiran orang-orang marketing jaman sekarang. Kita tidak lagi percaya mutlak pada “expert”untuk meminta rekomendasi sebelum memutuskan membeli barang. Kita saat ini selalu bertanya-tanya pada beberapa teman dekat yang kita tahu bisa memberikan rekomendasi. Kita menjadi lebih percaya pada teman banyak untuk memberikan rekomendasi, pilihan akhir ada pada kita, tapi kalau 10 teman, 8 orang menyarankan produk yang sama mungkin kita terpengaruh juga kan?
People in large group is smarter than elite few.
The Wisdom of Crowds: Why the Many Are Smarter Than the Few and How Collective Wisdom Shapes Business, Economies, Societies and Nations, published in 2004, is a book written by James Surowiecki about the aggregation of information in groups
Secara psikoligis pertimbangan dan keputusan membeli barang sampai keseluruhan kehidupan kita juga ditentukan dengan keadaan lingkungan kita. Contoh ya saya aja, pakaian saya keseharian juga di pengaruhi keadaan lingkungan kerja… keseharian kita juga ditentukan pasangan, anak kita juga mempengaruhi dan dipengaruhi kita… ya kan? Jangan-jangan pakaian yang kita pakai sebetulnya adalah selera pasangan kita?
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Wisdom_of_Crowds
Semoga bisa lihat youtube lagi… kalau yang ini parah…
Video lucu di atas di capture dari eksperimen yang dilakukan di sebuah lift. Seorang pria menghadap liftnya sudah betul, kearah pintu. Tapi ketika semua orang menghadap ke dalam… maka mau si test subject mengamati dan akhirnya menyesuaikan posisi badannya mengikuti si crowd.
OK?!
Problemnya kalau perilaku di lalu lintas Jakarta yang banyak itu yang seringkali nggak bener! Ya coba aja ketika lampu kuning berganti merah Anda di depan sendirian kemudian Anda bener-bener ngerem stop di belakang garis putih, yang ada kemungkinannya bakal gimana? Masih bersyukur kalau cuman dilewatin saja, tapi kalau saya lagi sendiri gitu … Pas lampu lagi hijau – kuning – saya berhenti (pasti) saya langsung minggir…kasih jalan orang di belakang untuk lewat! Karena saya tahu pemotor belakang saya pasti malah mau ngebut walau lampu merah, dan jumlahnya banyak! Sudah umum kalau di jalan-jalan kecil, kalau lampu baru merah pun kira-kira 5-10 motor masih jalan! Merasa betul karena rame-rame, rame-rame naik jalur busway its okay!
Wisdom of crowds juga membuat kita membenarkan banyak detail yang sebetulnya salah. Contoh kecilnya, ya naik trotoir! Semua orang naik trotoir… Kalau kitanya nggak naik… lha?
Kadangkala walau ada panduan yang jelas pun orang tetap jadinya pembenaran atas dasar rame-rame itu, ya mulai dari knalpot, lewat garis putih, nggak pakai helm, naik motor lebih dari 2 orang dan lain-lain, spion di tekuk dan lain-lain… Kita jadi berpikir standard dan norma baru itu adalah benar karena rame-rame dan tiap hari dilakukan biasa, kita jadi ngikut terpengaruh, lha contoh aja seperti yang pernah di posting Bro Satar: Baru naik motor berempat, tetangga saya berenam OK aja! berarti saya mendingan dong! Atau Bro Dono: Knalpot baru kenceng dikit, HD lebih kenceng kok! HD aja juga banyak nggak ditangkep kok??? Atau kebanyakan orang, saya baru naik trotoir dikit kok, kan lagi macet?! SEMUA orang juga naik trotoir kok?!
Saya pun juga sering terpaksa naik jalur busway di pagi hari mau berangkat ngantor. Saya naik karena banyak yang naik kok, di kiri banyak mikrolet ngetem bikin macet!!!
Tergantung situasi dan kondisi,masbro..
titip jemuran
http://bennythegreat.wordpress.com/2012/03/28/berita-foto-sepeda-motor-bukan-mesin-pembunuh/
Pembahasan yang bagus
Terkadang mencari pembenaran utk sikap keliru yang kita lakukan bisa mengurangi rasa bersalah loh… Makanya harga sebuah integritas itu menjadi mahal, krn utk mewujudkannya butuh nyali lebih, dan bukan sekedar ‘asal beda’.
Salam
🙂
saya setuju banget ma sampeyan boss..yang bener yang bener, yang salah juga harus salah apapun kondisinya…tapi kita sekarang dah keblinger dengan teori tentang kebenaran relatif yang membuat bobrok aturan yang bener – bener hakiki..ijin share boss…
setuju masbro. makin edan aja masyarakat sini. pokoknya rakyat yang menang. apa2 atas nama rakyat. gue ini rakyat bukan sih? gue gak pernah ditanya apa2 tuh soal persetujuan ini itu.
‘Siapa yang gila?’
kita smua gila, masih betah tinggal di jakarta 😀
yang lebih tepat itu, kita memang dipengaruhi oleh lingkungan kita, tapi belom tentu itu benar..
menjadi kain putih di tengah kain yang luntur…
SEMUA GIOLAAA….!!!
tambahan:
nyeberang di zebra cross aja, pada gak mau ngalah tuh motor2, angkot/kopaja, dan mobil…
Gendheng…
yang banyak pasti bener??????????????????
kiranya tidak begitu, belum tentu yg banyak itu benar, pada umumnya yg sedikit itu benar
berani karena banyak….
bukan
berani karena benar…
Kesalahan jika dilakukan secara bersama2 dan berulang menjadi alat pembenaran bagi sebagian org. Ini yg berlaku dijalanan, jd ketika ada seseorang yg dianggap ‘sok benar’ maka lgsg dihakimi secara massal. (tepokjidat.com
kayak mau mudik, mau keluar dari jakarta muter-muter gak ketemu jalan, ikutin aja yg bawa tas besar dan banyak
hukum la-lin di Indonesia, terlebih di jakarta adalah hukum kesepakatan…
sepakat untuk sama2 nembus la-mer, berhenti di zebra cross, naik trotoar, masuk jalur busway, dll… asalkan sudah sepakat semua, peraturan la-lin yang aseli=lewat
berani karena rame2…. coba liat yg arogan biasanya pas rame2 ama temen2nya…. coba lagi sendiri…. ciut palingan
Itulah sebabnya hukum / kebenaran mesti ditegakkan + disiapkan aparatnya.
Kalo di jalur busway ada pengendara yang sedang ditilang polisi, pasti yang lain minggir, ngga berani masuk jalur busway.
Harus ada efek jera yg dikampanyekan terus2an bro… Kalo cuma sebentar, pengaruhnya jg sebentar. Efek jera ini bisa diciptakan/ditegakkan atau terjadi begitu saja.
Contoh lain: di jalan melihat kecelakaan motor yg cukup parah & merinding. Semua motor langsung jalan pelan2 meskipun di depannya kosong. Paling cuma 500-an meter setelah itu pada lari kencang lagi.
Bicara korupsi juga sama kali ya bro?
bersama sama kita bisa ngelakuin apapun..
Duh
Dilema tinggal dijakarta 😀
http://rexraider.wordpress.com/2012/03/29/pak-polisi-yg-tidak-patut-ditiru/