Foto atas, 12 Honda Vario Techno 125 PGM-FI yang digunakan 4 blogger otomotif, tim AHM, rekan media dan komunitas Vario
Baru kemarin saya mendapat kesempatan untuk mencoba Honda Vario Techno 125 PGM-FI dengan rute Banyuwangi di Jawa Timur – sampai ke Tabanan di Bali. Ada 4 blogger yang masuk dalam acara ride test ini Taufik TMC, Iwan Banaran, Ardy dan saya. Persiapan perjalanan di mulai dari jam 8:00 pagi dari penginapan Mirah, 12 Vario sudah dijejer di area parkir penginapan. Setelah briefing tentang rute dan safety riding rombongan berangkat ke tempat penyeberangan ferry. Jarak dari penginapan ke ferry sangat pendek, cuman 4 km-an, dari panitia mengharuskan para peserta tetap menggunakan safety riding full helm, protector, jaket yang warna hitam… saat berhenti panasnya maknyussss lho.
Walau 12 motor, rangkaian konvoi sendiri cukup panjang, yang saya sempat lihat ada 3 vojrider. 1 di depan sebagai pembuka jalan, diikuti mobil polisi, mobil safety car yang menunjukkan lubang-lubang, juga untuk mengambil gambar, kemudian diikuti oleh 12 Vario, di belakang ada beberapa Inova, mobil property, mobil hiburan, ambulance dan lain-lain.
Aspal selama rute perjalanan dalam kondisi rusak, walau tidak beberapa, jalanan cukup lowong apalagi dibantu pengawalan vojrider sehingga selama jarak hampir 130 km, di jalur lurus rata-rata speed di 80-90 kpj, cukup kencang untuk ukuran skutik. Rute perjalanan juga cenderung datar hanya diselingi dengan sedikit tanjakan dan turunan, belokan pun juga tidak terlalu padat.
Selama perjalanan top speed dengan patokan speedo dashboard yang saya dapat adalah sekitar lebih sedikit dari 100 kpj, tapi masih di bawah 110 kpj walau tester pada rute sebelumnya bisa mendapat top speed sampai 125-an kpj patokan speedo. Ini juga sehubungan rute yang kami tempuh dipenuhi banyak berlubang… ngeri kalau di pelintir mentok…
Design, hmm. Batok depan sangat futuristik model menonjol lancip-lancip, sampai kebelakang pun juga demikian alias model lancip-lancip. Finishing cat, sticker juga OK nggak ada masalah. Bunyi starter dan bunyi mesin juga silent, malah nggak kedengeran, getaran juga sangat minim.
Suspensi untuk high speed tidak masalah, namun ketika menghajar lubang di kecepetan tinggi adalah problem, walau di Vario yang saya pakai tidak pernah mentok bletak ketika menghajar lobang, namun bunyi tester di sebelah saya… sering bletak-bletok. Suspensi yang saya rasakan adalah lebih empuk dari Skywave apalagi Xeon. Empuk tapi ketika di bawa kencang tidak mengayun juga ketika harus melewati tikungan tajam juga tetap stabil. Untuk di jalan perkotaan, bagi saya rasa lebih sesuai suspensi model Vario ini.
Soal kegesitan, saya nilai juga baik dalam arti si Vario gesit tapi tidak membuat pengendaranya capai karena harus mencengkram stang terus menerus, alias cukup memberikan perasaan aman bagi pengendaranya.
Soal ergonomic, di saya dengan tinggi badan 170 cm, Vario adalah pas. Posisi kaki ketika di dek OK nggak mentok, ketika kaki turun pun juga tingginya pas. Dalam arti begini, bisa jadi Vario akan dirasa kurang pas bagi pengendara di 150 cm-an. Posisi spion juga pas dalam arti tidak terlalu kebawah.
Bagasi, storage di bawah jok pas untuk memuat helm full face TRX Honda. Selain itu ada laci terbuka di depan lutut, laci sebelah kiri cukup dalam, sehingga bisa memuat botol pocari pendek, sedang laci sebelah kanan tidak dalam, hanya cukup untuk memuat handphone saja. Hati-hati untuk menyimpan botol atau benda apapun di laci ini, karena waktu di perjalanan saya sempat menghajar lubang secara keras, botol pocari yang saya simpan sempat meloncat dan jatuh ke kaki. Saya sempat takut kalau botol tersebut terlepas dan membahayakan peserta rombongan di belakang saya. Cukup lama saya tidak ada kesempatan untuk mengambil si botol.
Rem sangat OK, cukup mengandalkan tuas kiri maka CBR langsung bekerja ban depan ikut ngegrip dan ini sangat menguntungkan. Selama perjalanan jarang sekali saya sampai harus membantu dengan rem depan, padahal selama perjalanan kami waktu itu cukup kencang dan juga kadang harus tiba-tiba melambat atau harus bereaksi untuk menghindari jalan-jalan berlubang.
Sedikit ada masalah bagi saya soal pembiasaan karena tombol klakson dan sen terbalik, paling atas klakson baru sein. Juga posisi untuk menekan klakson letaknya di sebelah ujung, cukup jauh dari jangkauan jempol.
Selama dari Gilimanuk ke Tabanan, rombongan tidak pernah berhenti, alias ridink terussss, tidak ada macet, bisa dibilang kaki tidak pernah turun!
Overall verdict:
- Ergonomic untuk 170 cm pas, riding position sangat mendukung untuk perjalanan jauh, nggak bikin capek
- Akselerasi OK
- Rem sangat baik
- Kelincahan OK
- Storage under the seat OK
Foto-foto di bawah di ambil saat menunggu ferry di penyeberangan Banyuwangi.
KM saat di penyeberangan Banyuwangi menunjukkan 1606 km, kalau dari penginapan ke tempat penyeberangan 4 km-an, berarti kami start dari 1602 km.
Gambar bawah, akhirnya rombongan beserta ke-12 Vario masuk juga ke ferry 🙂
Helm in, helm Honda full face TRX-R bisa masuk ke bagasi.
Sesampainya di dealer Honda Tabanan, km menunjukkan 1730 km, jadi total perjalanan saya mencoba adalah 128 km.
“….namun bunyi tester di sebelah saya… sering bletak-bletok….”
masalah matik honda dari dulu itu per/spring standar tengah/samping kurang keras, apalagi standar tengah, efeknya ketika hajar jalan gak rata, standar tengah naik turun, bunyi benturan standar tengah & stopper-nya itu yg menimbulkan suara pletak-pletak, dijajal aja, naik turunkan pake tangan, pasti bunyi
@thole :
“Suspensi untuk high speed tidak masalah, namun ketika menghajar lubang di kecepetan tinggi adalah problem, walau di Vario yang saya pakai tidak pernah mentok bletak ketika menghajar lobang, namun bunyi tester di sebelah saya… sering bletak-bletok. Suspensi yang saya rasakan adalah lebih empuk dari Skywave apalagi Xeon”
mbok kalo baca yang komplit biar g kelihatan bodonya.
Manteb
nah itu vario yang di stangnya ada alat tambahan (dibungkus plastik bening), dinaiki siapa bro arantan?
cakep.. fotografinya bikin suasana test jd asyik..
trims infonya, berguna sekali, makin pingin nih sm vario one two five. Untuk konsumsi bbm-nya gimana?
ini pake camera ap ohm arantan?? kog gambarnya bagus2 🙂
+ lensanya apa ohm arantan?
Sony Nex 5, lensnya ada 2, lens kit 18-55 dan lens alpha 50 mm 1.8. Seperti di sini https://arantan.wordpress.com/2011/10/29/fotografi-testing-sony-nex-e-mount-with-sony-50mm-f-14-dan-f1-8-a-mount/
lensa fix untuk yang bikin bokéh ya mas…?
mantab dah foto²nya…
ahh…. keren foto2nya
nice share
kalau saya yang naik, bgmana ya ergonominya? apa masih nyaman ya?
(saya 180 cm/85 kg)
jepretannya mas arantan selalu mempesona….
nice shoot, nice bike.. 😀
mas…
—————————-
Rem sangat OK, cukup mengandalkan tuas kiri maka CBR langsung bekerja ban depan ikut ngegrip dan ini sangat menguntungkan
—————————-
itu CBRnya…maksudnya CBS ya?